Abstract Prophet Muhammad get the first revelation of the Al-'Alaq 1-5; "Read the name of the Lord who made". This verse does not mention the object of reading. Thus, the religious leaders in Medina interpret the word Iqro in the sense of reading, studying, deliver, and so forth. And because the object is public, then the object can include everything affordable, neither of which is the sacred literature that comes from God or not, whether it concerns the verses written and unwritten. According to Tafsir Ibn Kastir the content of the letter al-'Alaq verses 1-5 is that we are commanded to always learn to conduct an investigation into any one that we do not know, so we speak, evidence of the mercy of Allah. is that he has taught them through the Qur'an.
Suratini disebut pula Ummul Kitab menurut jumhur ulama —seperti yang dituturkan oleh Anas, Al-Hasan, dan Ibnu Sirin— karena mereka tidak suka menyebutnya dengan istilah Fatihatul Kitab. Al-Hasan dan Ibnu Sirin mengatakan."Sesungguhnya Ummul Kitab itu adalah Lauh Mahfuz." Al-Hasan mengatakan bahwa ayat-ayat yang muhkam adalah Ummul Kitab.Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-'Alaq Ayat 1 اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ Iqra' bismi rabbikal-lażī khalaqa. Artinya, "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan!". Surat Al-'Alaq tergolong surat Makiyah dengan 19 ayat, 72 kalimat dan 270 huruf. Surat Al-'Alaq dinamakan dengan Al-'Alaq, Iqra' atau Bil Qalam. Penamaan ini sebab Allah memulainya dengan kalimat-kalimat tersebut. Lima ayat pertama surat Al-'Alaq merupakan ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad saw menurut mayoritas mufasir. Ragam Tafsir Surat Al-Alaq Ayat 1 Menurut Ibnu 'Asyur dalam tafsirnya, fi'il Iqra' dalam ayat ini tidak menyebutkan maf'ul atau objeknya, karena ada dua kemungkinan. 1 Adakalanya karena diposisikan seperti fi'il lazim sedangkan maksudnya adalah 'أَوْجَدِ الْقِرَاءَةَ' "Wujudkanlah bacaan"; 2 adalakanya karena sudah jelasnya apa yang dibaca. Adapun perkiraannya adalah 'اقْرَأْ مَا سَنُلْقِيهِ إِلَيْكَ مِنَ الْقُرْآنِ' "Bacalah apa yang hendak kami katakan kepadamu dari al-Quran". Muhammad At-Thahir 'Asyur, At-Tahrir wat Tanwir, [Tunis, Dar At-Tunisia 1984 M], juz XXX, halaman 436. Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menyebutkan dua pendapat terkait huruf ba' kalimat 'بِاسْمِ رَبِّكَ' sebagai berikut Pendapat pertama, huruf ba'-nya adalah zaidah atau sekedar tambahan. Ini merupakan pendapat Abu Ubaidah. Sedangkan maknanya 'اقْرَأِ اسْمَ رَبِّكَ، أَيِ اذْكُرِ اسْمَهُ، "Bacalah nama tuhanmu, yakni ingatlah nama tuhanmu ". Menurut Ar-Razi, pendapat ini lemah dilihat dari tiga aspek. jika saja maknanya demikian, maka tidaklah elok saat Jibril berkata "Iqra'", kemudian Nabi saw menjawabnya dengan 'مَا أَنَا بِقَارِئٍ، أَيْ لَا أَذْكُرُ اسْمَ رَبِّي', "Aku tidak dapat membaca, yakni aku tidak mengingat nama tuhanku"; pemaknaan semacam itu tidak patut bagi Nabi saw, karena Nabi saw tidak pernah tersibukkan kecuali untuk berzikir kepada Allah. Lantas, bagaimana mungkin Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menyibukan dengan perkara yang Rasul selalu tersibukan dengan hal tersebut? menyia-nyiakan huruf ba' tanpa faedah. Pendapat kedua, yang dimaksud oleh ayat adalah اقْرَأِ الْقُرْآنَ, "Bacalah Al-Qur'an". Karena kata qira'ah tidak digunakan kecuali untuk Al-Qur'an. Semisal firman Allah Surat Al-Qiyamah ayat 18 فَإِذا قَرَأْناهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ Artinya, "Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu". Demikian pula Surat Al-Isra' ayat 106 وَقُرْآناً فَرَقْناهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلى مُكْثٍ Artinya, "Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia." Masih dalam tafsir yang sama, firman Allah 'bismi rabbika' memungkinkan beberepa aspek 'Bismi rabbika' bermahal nasab. tarkibnya menjadi hal. Perkiraannya adalah 'اقْرَأِ الْقُرْآنَ مُفْتَتِحًا بِاسْمِ رَبِّكَ أَيْ قُلْ بِاسْمِ اللَّهِ ثُمَّ اقْرَأْ', "Bacalah Al-Qur'an dimulai dengan nama Tuhanmu". Yakni, katakan Muhammad "Bismillah, kemudian bacalah". Hal ini menunjukkan bahwa hukumnya wajib membaca basmalah di permulaan semua surat seperti yang diturunkan Allah dan diperintahkan-Nya. Ayat ini, sekaligus membantah orang yang tidak berpendapat demikian, basmalah tidak wajib dan tidak memulainya dengan basmalah. Makna 'اقْرَأِ الْقُرْآنَ مُسْتَعِينًا بِاسْمِ رَبِّكَ', "Bacalah Al-Qur'an dengan meminta pertolongan dengan nama Tuhanmu". Seakan-akan Allah menjadikan nama-Nya sebagai alat untuk mengusahakan urusan agama dan dunia. Padanannya semisal ungkapan 'كَتَبْتُ بِالْقَلَمِ' "Aku menulis meminta bantuan dengan pulpen". Sedangkan perwujudanya dalam ayat adalah "Ketika malaikat Jibril berkata kepada Nabi saw "Iqra'", kemudian Nabi saw menjawab "Aku orang yang tidak bisa membaca." اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ أَيِ اسْتَعِنْ بِاسْمِ رَبِّكَ وَاتَّخِذْهُ آلَةً فِي تَحْصِيلِ هَذَا الَّذِي عَسُرَ عَلَيْكَ, "Bacalah dengan nama Tuhanmu. Yakni, mintalah pertolongan dengan nama Tuhanmu dan jadikanlah alat untuk mendapatkan ini membaca, yang susah bagimu", ucap Jibril. Firman Allah 'bismi rabbika' , yakni "Jadikanlah perbuatan ini ikhlas karena Allah dan lakukanlah semata-mata karenanya. Sesungguhnya ibadah itu jika karena Allah, maka bagaimana bisa setan berani untuk berbuat mengganggu ibadah yang ikhlas karena Allah?" Fahruddin Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Ihya’ 1420 H], juz XXII, halaman 512. Lebih ringkas, Syekh Musthafa Al-Maraghi menafsirkan Surat Al-'Alaq ayat pertama dengan "Jadilah orang yang mampu membaca dengan kekuasaan Allah yang menciptakanmu dan menghendakimu setelah engkau tidak dapat melakukan itu. Sesungguhnya Muhammad saw tidak dapat membaca dan menulis. Perintah ilahi datang supaya Muhammad dapat membaca, sekalipun tidak dapat menulis. Allah akan memberikan kitab kepadanya untuk ia bacakan, meskipun ia tak dapat menulisnya." Wallahu a'lam. Ahmad bin Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, [Mesir Matba'ah Musthafa al-Babil Halabi 1365H/1946M], juz XXX, halaman 199. Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo
1 Demi langit yang mempunyai gugusan bintang [1], 3. Demi yang menyaksikan [3] dan yang disaksikan [4]. 4. Binasalah orang-orang yang membuat parit [5], 5. Yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar, 7. sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin [6].
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ 1 خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ 2 اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ 3 الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ 4 عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 5Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang menceritakan bahwa permulaan wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah Saw. berupa mimpi yang benar dalam tidurnya. Dan beliau tidak sekali-kali melihat suatu mimpi, melainkan datangnya mimpi itu bagaikan sinar pagi dijadikan baginya suka menyendiri, dan beliau sering datang ke Gua Hira, lalu melakukan ibadah di dalamnya selama beberapa malam yang berbilang dan untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Kemudian beliau pulang ke rumah Khadijah istrinya dan mengambil bekal lagi untuk melakukan hal yang suatu hari ia dikejutkan dengan datangnya wahyu saat berada di Gua Hira. Malaikat pembawa wahyu masuk ke dalam gua menemuinya, lalu berkata, "Bacalah!" Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawabnya, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Maka malaikat itu memegangku dan mendekapku sehingga aku benar-benar kepayahan olehnya, setelah itu ia melepaskan diriku dan berkata lagi, "Bacalah!" Nabi Saw. menjawab, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Malaikat itu kembali mendekapku untuk kedua kalinya hingga benar-benar aku kepayahan, lalu melepaskan aku dan berkata, "Bacalah!" Aku menjawab, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Malaikat itu kembali mendekapku untuk ketiga kalinya hingga aku benar-benar kepayahan, lalu dia melepaskan aku dan berkataBacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Al-'Alaq 1 sampai dengan firman-Nya apa yang tidak diketahuinya. Al-'Alaq 5Maka setelah itu Nabi Saw. pulang dengan hati yang gemetar hingga masuk menemui Khadijah, lalu bersabdaزَمِّلُونِي زَمِّلُونِي»Selimutilah aku, selimutilah aku!Maka mereka menyelimutinya hingga rasa takutnya lenyap. Lalu setelah rasa takutnya lenyap, Khadijah bertanya, "Mengapa engkau?" Maka Nabi Saw. menceritakan kepadanya kejadian yang baru dialaminya dan bersabda, "Sesungguhnya aku merasa takut terhadap keselamatan diriku." Khadijah berkata, "Tidak demikian, bergembiralah engkau, maka demi Allah, Dia tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka bersilaturahmi, benar dalam berbicara, suka menolong orang yang kesusahan, gemar menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah."Kemudian Khadijah membawanya kepada Waraqah ibnu Naufal ibnu Asad ibnu Abdul Uzza ibnu Qusay. Waraqah adalah saudara sepupu Khadijah dari pihak ayahnya, dan dia adalah seorang yang telah masuk agama Nasrani di masa Jahiliah dan pandai menulis Arab, lalu ia menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa Arab seperti apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, dan dia adalah seorang yang telah lanjut usia dan tuna bertanya, "Hai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini." Waraqah bertanya, "Hai anak saudaraku, apakah yang telah engkau lihat?" Maka Nabi Saw. menceritakan kepadanya apa yang telah dialami dan dilihatnya. Setelah itu Waraqah berkata, "Dialah Namus Malaikat Jibril yang pernah turun kepada Musa. Aduhai, sekiranya diriku masih muda. Dan aduhai, sekiranya diriku masih hidup di saat kaummu mengusirmu."Rasulullah Saw. memotong pembicaraan, "Apakah benar mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, tidak sekali-kali ada seseorang lelaki yang mendatangkan hal seperti apa yang engkau sampaikan, melainkan ia pasti dimusuhi. Dan jika aku dapat menjumpai harimu itu, maka aku akan menolongmu dengan pertolongan yang sekuat-kuatnya." Tidak lama kemudian Waraqah wafat, dan wahyu pun terhenti untuk sementara waktu hingga Rasulullah Saw. merasa sangat berita yang sampai kepada kami, karena kesedihannya yang sangat, maka berulang kali ia mencoba untuk menjatuhkan dirinya dari puncak bukit yang tinggi. Akan tetapi, setiap kali beliau sampai di puncak bukit untuk menjatuhkan dirinya dari atasnya, maka Jibril menampakkan dirinya dan berkata kepadanya, "Hai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah utusan Allah yang sebenarnya," maka tenanglah hati beliau karena berita itu, lalu kembali pulang ke rumah manakala wahyu datang terlambat lagi, maka beliau berangkat untuk melakukan hal yang sama. Tetapi bila telah sampai di puncak bukit, kembali Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya dan mengatakan kepadanya hal yang ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui Az-Zuhri; dan kami telah membicarakan tentang hadis ini ditinjau dari segi sanad, matan, dan maknanya pada permulaan kitab syarah kami, yaitu Syarah Bukhari dengan pembahasan yang lengkap. Maka bagi yang ingin mendapatkan keterangan lebih lanjut, dipersilakan untuk merujuk kepada kitab itu, semuanya tertulis di wahyu Al-Qur'an yang diturunkan adalah ayat-ayat ini yang mulia lagi diberkati, ayat-ayat ini merupakan permulaan rahmat yang diturunkan oleh Allah karena kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya, dan merupakan nikmat yang mula-mula diberikan oleh Allah kepada mereka. Di dalam surat ini terkandung peringatan yang menggugah manusia kepada asal mula penciptaan manusia, yaitu dari 'alaqah. Dan bahwa di antara kemurahan Allah Swt. ialah Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti Allah telah memuliakan dan menghormati manusia dengan ilmu. Dan ilmu merupakan bobot tersendiri yang membedakan antara Abul Basyar Adam dengan malaikat. Ilmu itu adakalanya berada di hati, adakalanya berada di lisan, adakalanya pula berada di dalam tulisan tangan. Berarti ilmu itu mencakup tiga aspek, yaitu di hati, di lisan, dan di tulisan. Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya penguasaan pada kedua aspek lainnya, tetapi tidak sebaliknya. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya{اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ}Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Penmrah, Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Al-'Alaq 3-5Di dalam sebuah asar disebutkan, "Ikatlah ilmu dengan tulisan." Dan masih disebutkan pula dalam asar, bahwa barang siapa yang mengamalkan ilmu yang dikuasainya, maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya. UnknownJuz 4, Surat Ali Imran, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Surat Ali Imran Ayat 124-129. (Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin, "Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa dan mereka datang